Network
JOURNALTELEGRAF - Tahapan pencocokan dan penelitian (Coklit) daftar pemilih untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Sulawesi Utara telah memasuki hari kesembilan, sejak dimulai pada 24 Juni lalu.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulut dengan gigih berupaya mengatasi berbagai kendala yang mungkin menghambat kelancaran proses ini.
Salah satu tantangan utama yang tengah dihadapi KPU Sulut adalah pendataan masyarakat di daerah terdampak bencana alam. Banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah BMR (Bolaang Mongondow Raya) menjadi salah satu fokus perhatian, meskipun KPU optimis dapat menyelesaikan hal ini dengan bantuan pemerintah daerah.
Namun, yang memerlukan penanganan khusus adalah situasi pengungsi akibat erupsi Gunung Ruang. Sejumlah warga dari dua desa yang terdampak saat ini mengungsi di Bitung, di luar Daerah Pemilihan (Dapil) mereka masing-masing. Hal ini menimbulkan kendala dalam rekrutmen Panitia Pemungutan Suara (PPS) di kedua desa tersebut.
"Kami telah memetakan lokasi para pengungsi, namun masih terkendala dengan keberadaan mereka yang tersebar di beberapa lokasi di luar Bitung. Kerjasama dengan pemerintah setempat sangat diperlukan untuk memastikan pengumpulan data berjalan lancar," ungkap Komisioner KPU Sulut, Awaluddin Umbola, Selasa 2 Juli 2024.
"Kita butuh koordinasi yang baik dengan Pemerintah Kota Bitung dan Provinsi Sulut untuk mengkonsolidasikan pengungsi di satu lokasi, sebelum mereka direlokasi ke Bolsel," ungkapnya lagi.
Kata Umbola, situasi ini menunjukkan betapa pentingnya peran pemerintah dalam mendukung penyelenggaraan Pilkada 2024 di Sulut, terutama dalam memfasilitasi proses Coklit di daerah-daerah terdampak bencana alam.
Ia juga memastikan, KPU Sulut optimis dapat mengatasi semua tantangan ini demi memastikan keberhasilan tahapan Pilkada yang demokratis dan transparan.***
