Caleg Bermodalkan 'Rupiah' Patut Was-was, Slogan 'Ambil Uangnya Jangan Pilih Orangnya' Kembali Digaungkan

- 29 Januari 2024, 05:27 WIB
Himbauan dan sanksi pidana terhadap praktek politik uang.
Himbauan dan sanksi pidana terhadap praktek politik uang. /Dendy Abram/

JOURNALTELEGRAF - Deklarasi tolak 'money politic' yang digaungkan oleh salah satu partai politik saat mendaftar sebagai peserta Pemilu tahun 2024 di KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe, kini mulai berdampak. Pasalnya sejumlah perbincangan hangat di seputar kalangan pemilih mulai menguatkan persepsi akan adanya gerakan aksi menolak politik uang dengan cara memberikan ganjaran bagi caleg-caleg yang mengharapkan kemenangan dengan membeli suara rakyat.

 

 

Meskipun pernyataan 'ada uang ada suara' telah jadi lumrah menjelang pelaksanaan pemilu, secara khusus pada Pileg. Namun nyatanya, pernyataan tersebut pernah terbantahkan saat pelaksanaan Pilkada tahun 2017 lalu. Dimana pernyataan 'AMBIL UANGNYA-JANGAN PILIH ORANGNYA' yang digaungkan oleh para pemilih yang tergabung atas nama 'people power' atau kekuatan rakyat, berhasil meruntuhkan dominasi money politic.

 

 

Menjelang Pemilu 2024, khususnya pada Pileg DPRD Kabupaten Kepulauan Sangihe; pernyataan 'AMBIL UANGNYA-JANGAN PILIH ORANGNYA' kini semakin digaungkan. Para Caleg kere, yang hanya bermodalkan visi-misi demi kepentingan rakyat mulai melakukan kampanye tersebut secara door to door sebagai bentuk sosialisasi dalam menyadarkan masyarakat pemilih.

 

 

Gerakan sosialisasi dan kampanye aksi tolak politik uang dengan pernyataan 'AMBIL UANGNYA-JANGAN PILIH ORANGNYA', benar-benar menjadi tanda awas bagi para Caleg yang hadir dan maju di panggung politik hanya bermodalkan uang untuk meraih kemenangan dengan harapan dapat membeli suara rakyat.

 

 

Sisi terburuknya, keberadaan money politic terkadang membuat hati dan nurani masyarakat terkoyak-koyak. Bahkan di lingkungan keluarga sekalipun, hubungan persaudaraan bisa dibuat rusak akan hal ini. Sehingga berkaca dari pengalaman Pemilu sebelum-sebelumnya, rakyat pun mulai menyatakan sikap untuk melawan politik uang dengan aksi 'AMBIL UANGNYA-JANGAN PILIH ORANGNYA' sebagian bentuk ganjaran bagi para Caleg yang hanya maju bermodalkan 'rupiah'. 

 

 

Kehadiran generasi milenial dan gen Z yang notabene merupakan pemilih terbanyak saat ini, juga turut berperan serta dalam memutus kebiasaan-kebiasaan buruk, yang selalu dilakukan oleh politisi-politisi busuk tanpa visi-misi untuk membela kepentingan rakyat. Sebagian besar generasi ini sudah benar-benar paham dalam memberikan dukungan. Sebab siapapun yang mereka pilih akan turut menentukan harapan dan kerinduan mereka terhadap hal-hal tertentu yang mereka inginkan.

 

 

Dengan situasi pandangan dari para generasi milenial dan gen Z ini, kehadiran para Caleg potensial dan memiliki popularitas dari basis tertentu, seperti bidang olahraga mendapat keuntungan tersendiri dalam Pileg kali ini. Karena sudah tentu, para generasi milenial dan gen Z yang merindukan kemajuan di bidang olahraga akan memilih dan berpihak kepada para Caleg yang notabene dapat menghadirkan event-event olahraga bagi mereka kedepan.

 

 

Pemikiran sehat para generasi milenial dan gen Z saat ini, bahkan tidak bisa dibendung hanya atas dasar 'keinginan dan perintah orang tua'. Mereka bergerak sesuai insting masa muda yang memiliki niat juang dalam membela kepentingan mereka untuk jangka panjang. Sehingga secara perlahan-lahan, sikap dan pola pikir ini akan menggerus kehadiran money politik di setiap perhelatan Pemilu.

 

 

Peringatan dan himbauan terkait money politic juga telah disampaikan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tidak tanggung-tanggung, Ketua Bawaslu Edmon Dolongseda bahkan menyatakan ada sanksi pidana bagi para peserta pemilu dan tim kampanye pemilu yang menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta kampanye pemilu.

 

 

Sehingga, dengan adanya gerakan sosialisasi dan aksi deklarasi tolak money politic yang dikuatkan dengan pernyataan 'AMBIL UANGNYA-JANGAN PILIH ORANGNYA', benar-benar harus menjadi pertimbangan besar dan dipikir secara matang oleh para Caleg, yang berharap duduk di gedung wakil rakyat dengan bermodalkan uang untuk membeli suara rakyat. Sebab bila salah melangkah ratusan juta rupiah dari hasil usaha dapat melayang sia-sia tanpa ada kata balik modal.

 

 

"Saya akui saya bukan Caleg yang hadir dari kalangan pengusaha, memiliki modal besar yang digunakan saat kampanye atau bahkan untuk membeli suara rakyat misalnya. Tentu dari kami hanya akan berjalan dengan visi-misi untuk kepentingan rakyat, secara door to door kami telah mengkampanyekan tolak money politic agar masyarakat tidak lagi dibodohi dengan iming-iming uang saat memilih nanti. Dan tentu saja, masyarakat menerima kehadiran kami dan bersepakat dengan hal itu, tolak money politic," tutur salah satu Caleg yang masih enggan namanya dipublikasikan, karena menjaga mobilitas dari gerakan sosialisasi aksi tolak money politic-nya agar tidak diganggu.***

Editor: Dendy Abram


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah